Mengapa bercita-cita itu penting? Barangkali banyak jawaban yang bisa muncul, termasuk quotes dari Arai Laskar Pelangi bahwa tanpa impian orang akan mati. Mona Sugianto, seorang psikolog mengatakan, “Cita-cita itu memberikan sebuah gambaran tentang perwujudan akan seperti apa masa depan kita. Karena itulah kita akan bergerak untuk mewujudkannya. Kita memiliki cita-cita berarti kita memiliki gairah dan motivasi dalam hidup. Memiliki cita-cita membuat kita fokus dan menumbuhkan daya juang untuk meraihnya. Di sisi lain, memiliki cita-cita melatih rasa putus asa dan kecewa”. Sederhananya, cita-cita akan menghadirkan harapan, fokus, motivasi, ketidakbimbangan, persistensi, menghargai usaha, dan kemandirian serta berpikir jauh ke depan.

Lantas mengapa menurut hasil penelitian, sebagian besar anak Indonesia masih belum punya cita-cita? Banyak guru dan orang tua yang masih belum menyadari akan manfaat bercita-cita dan betapa rentannya anak yang tidak memiliki cita-cita. Jika mereka yang memiliki cita-cita memiliki potensi lebih untuk dapat meraih sukses, sebaliknya, mereka yang tidak memiliki cita-cita akan memiliki potensi lebih untuk bermasalah, terlibat dalam kenakalan, bahkan kejahatan. Berbagai penyimpangan sosial mulai dari mencontek, berbohong, hingga narkoba dan pergaulan bebas, bahkan sampai tindakan kriminal seperti mencuri atau membunuh, penyebabnya tak jauh dari faktor internal dan eksternal. Keberadaan cita-cita sedikit banyak akan membentenginya, sehingga tidak mudah terbawa arus, tidak ‘rapuh’, serta mampu berpikir panjang. Faktor lain yang turut berperan dalam membangun cita-cita anak Indonesia adalah keterlibatan orang dewasa dan teman sebaya. Anak butuh model dan bimbingan, serta lingkungan yang konstruktif.

Maka dari itu, memiliki cita-cita sangat penting untuk ditumbuhkan sejak dini pada anak, agar mereka memiliki tujuan hidup dan memudahkan anak untuk meraih sukses. Dari latar belakang tersebut hadirlah Gerakan Ayo Bercita-cita (GAB) yang diinisiasi oleh Parni Hadi, Zaim Uchrowi, dan Ira Puspa Dewi. Inisiator GAB yakni Zaim Uchrowi pernah menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Republika, CEO BUMN Balai Pustaka, Direktur Antara, Direktur Dompet Dhuafa, Pendiri Yayasan Karakter Pancasila, wartawan senior dan menulis sejumlah buku. Inisiatif Zaim Uchrowi kemudian disampaikan ke pimpinan Dompet Dhuafa dan sejalan dengan semangat Dompet Dhuafa yang terus ingin melahirkan insan berkarakter, dan berkualitas. Akhirnya Dompet Dhuafa bersama Yayasan Karakter Pancasila berkolaborasi menjalankan GERAKAN AYO BERCITA-CITA. Kemudian pada 14 Januari 2020 bertempat di Sekolah Smart Cibinong, Gerakan Ayo Bercita-cita (GAB) secara resmi dilaunching.

Gerakan Ayo Bercita-cita (GAB) diawali pada anak-anak tingkat sekolah dasar. Harapannya semua anak Indonesia memiliki cita-cita. Untuk mewujudkannya, GAB mulai roadshow memberikan pelatihan di beberapa sekolah. Untuk memperluas jaringan, GAB membuka peluang kepada guru Sekolah Dasar (SD) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sumatera Utara (Sumut) menjadi Relawan Gerakan (Rekan) GAB daerah dan menyelanggarakan pelatihan di masing-masing daerah. Sebanyak 30 guru terjaring dalam Rekan GAB Batch 1. Pada termin kedua tahun 2020, GAB kembali membuka kesempatan bagi guru tingkat sekolah menengah untuk menjadi Rekan GAB. Sebanyak 21 guru tingkat sekolah menengah terjaring dan menjadi Rekan GAB Batch 2. Guru-guru yang terjaring kemudian dilatih untuk menjadi trainer GAB. Pelatihan guru GAB tingkat sekolah dasar pun dilakukan oleh Rekan GAB di beberapa titik daerah.

Pada akhir tahun tepatnya 14 – 25 November 2020, GAB bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan pelatihan GAB untuk peningkatan kompetensi Guru Pembina SMA-SMK di wilayah Kabupaten Bima, Sumbawa, dan Kota Mataram. Pelatihan diikuti oleh 112 guru yang terdiri dari Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan, Guru BK, dan Pembina OSIS perwakilan dari 46 sekolah. Saat ini, GAB telah menjadi program prioritas Gubernur NTB yakni, Dr. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc.

Kesannya gerakan ini sederhana, namun kami berharap gerakan ini menjadi embrio lahirnya generasi-generasi yang berkualitas di Indonesia. Islam sebagai pondasi value, memberikan keyakinan kepada kita bahwaFaidza azamta fatawakkal ‘alallah. Berazamlah, lalu bertawakal. Azam adalah kehendak yang sangat kuat. Azam adalah bercita-cita.Hal ini ditafsirkan Zaim Uchrowi bahwa Bercita-cita adalah pengharapan sekarang atas keadaan masa depan. Tidak punya cita-cita atau harapan atas keadaan masa depan, akan membuat hidup tidak terarah

Terimakasih kepada tim manajemen GAB yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran demi terlaksananya program GAB. Tidak lupa kepada Rekan GAB, guru, dan stakeholder terkait yang telah berpartisipasi untuk menyukseskan program GAB. Semoga Allah SWT mencatat sebagai amal kebaikan.

Sampai jumpa di Program GAB 2021.

“Banyak orang miskin yang tak berani bercita-cita. Padahal untuk memutus rantai kemiskinan dan kebodohan bisa dimulai dari berani bercita-cita. Karenanyalah Gerakan Ayo Bercita-cita ini hadir. Agar semua anak Indonesia berani bercita-cita, dan berani berjuang untuk menggapai cita-citanya.”

AYO BERCITA-CITA!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *