Bersama: Bunda Lita Andini

Sering kali kita mendengar kata passion atau bahkan membaca sebuah artikel yang bertema passion. Lalu apa sebenarnya passion?  Di Kelas Bercerita Cita-cita #7 membahas tentang Menemukan Passion Anak yang dapat dilakukan oleh orangtua bersama Bunda Lita Andini, founder  Gen Smart Indonesia. Gen Smart merupakan sebuah wadah bagi remaja Indonesia untuk menggeluti minat dan bakatnya dengan berbagai kegiatan produktif.

Passion secara makna merupakan sebuah keinginan dan kegairahan terhadap sesuatu. Kata passion ketika menjadi sebuah keterangan akan menjadi passioned. Possioned ini adalah ketertarikan seseorang terhadap suatu bidang. Jika dikaitkan dengan apa yang kita lakukan, passion adalah semangat ketika kita melakukan sesuatu dengan motivasi yang sangat kuat dan membuat kita tidak bosan melakukan hal tersebut. Tanpa perlu disuruh atau dipaksa untuk melakukanya justru akan memunculkan rasa kesenangan, enjoy, dan rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika anak memiliki passion di biang tertentu biasanya terlihat dari pupil matanya yang melebar dan dia akan sangat antusias melihat sesuatu yang baru.

Sebelum passion dimiliki oleh anak, harus ada ketertarikan terlebih dahulu terhadap suatu bidang. Karena sesungguhnya passion ini adalah sebuah proses yang terbentuk dari rangkaian yang terus-menerus dilakukan yang akhirnya menjadi suatu kecintaan terhadap bidang tersebut. Jika anak sudah memiliki passion tidak perlu lagi ada paksaan dari luar, dan ia akan larut dalam pekerjaanya hingga menghasilkan sebuah karya. Ketika anak sudah memunculkan passion kemudian diasah, ini akan menjadi suatu hal yang luar biasa. Tidak ada ketakutan dalam diri anak saat melakukan sesuatu meski diremehkan dia akan teguh dengan passionnya. Oleh karena itu, passion juga bisa disebut panggilan jiwa setip orang.

Setiap orang memiliki passion sendiri, passion setiap orang berbeda-beda seperti DNA yang muncul dalam diri kita yang dibarengi dengan polesan bakat dan potensi. Semestinya orangtua melakukan pendampingan dan menggali passion anaknya sejak dini. Seperti halnya perjalanan hidup, passion adalah proses yang harus diasah, diolah, didampingi, kemudian menjadi sebuah kompetensi.

Passion hanya dapat dibentuk oleh anak itu sendiri. Bisa jadi passion ini muncul ketika anak mendalami hobi, minat, bakat. Passion tidak dapat ditentukan orang lain. Orangtua, guru, dan dorongan teman hanya sebagai masukan bagi anak untuk merucut pada bidang yang anak sukai. Peran orangtua di sini membantu memilih kegiatan untuk anak dan anak akan menyaring sendiri kegiatan yang ia sukai. Biasanya melakukan penggalian minat ini pada usia sekolah dasar.

Passion pada dasarnya berbeda dengan hobi, tetapi hobi bisa menjadi perjalanan awal sebuah passion. Passion bisa muncul dari hobi, tapi hobi bukanlah passion karena hobi bukan suatu hal yang terus menerus dilakukan. Biasanya hobi dilalukan dalam waktu tertentu untuk mengusir kebosanan atau mengisi waktu luang dan tidak dikerjakan dengan lebih detail. Ketika digali lagi hobi akan menjadi minat. Hobi juga bisa berangkat dari bakat yang merupakan sebuah potensi bawaan yang jika kita asah akan menjadi sebuah keunggulan.

Menurut Bunda Lita, menggali minat, bakat, dan passion anak dilakukan untuk mengejar skill expert dari muda. Ketika orangtua bisa mengasah passionnya dari muda, maka ia bisa mengejar 10.000 jam terbang menuju professional yang otomatsi akan mempercepat anak mengejar kesuksesanya. Minat kemudian membantu mengidentifikasi pekerjaan yang disukai yang akhirnya menjadi sebuah passion dan kemudian cocok dilakukan di masa depan. Untuk masuk dalam rangkaian tersebut anak harus melakukan eksplorasi untuk mencoba sesuatu yang baru.

Orangtua juga dapat menjadi mentor langsung bagi anak jika memiliki minat yang sama. Jika tidak, kita dapat mencarikan mentor untuk anak yang sama dengan minat nak. Berikut beberapa tips Bunda Lita yang dapat dilakukan orangtua dalam menemukan passion anak, antara lain:

  1. Melakukan tes kecerdasan untuk mempermudah mengenali potensi anak.
  2. Ketika sudah tes, lakukanlah pemetaan terhadap hasil kecerdasan anak.
  3. Tawarkan beberapa kegiatan untuk menggali potensi anak.
  4. Lakukan penskoran dari kegiatan yang ditawarkan, seperti berikut ini:
  5. Level 1: baru muncul ketertarikan.
  6. Level 2: peduli tapi pasif.
  7. Level 3: peduli aktif sudah memiliki inisiatif.
  8. Level 4: peduli proakrif dan bisa mengarah pada bakat minat yang akhirnya memunculkan passion.
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *